Slovakia Country: Visit Lamongan - Tradisi Lamaran di Lamongan

Minggu, 21 Juli 2013

Visit Lamongan - Tradisi Lamaran di Lamongan

Memenuhi kewajiban mulia yang diwajibkan kepada setiap warga masyarakat yang sudah dewasa dan memenuh isyarat. Untuk itu orang-orang yakin bahwa pernikahan adalah salah satu sunnah bagi umat sehingga di pandang sebagai suatu perintah agama untuk melengkapi norma-norma kehidupan manusia sebagai makhluk social dan ciptaanTuhan yang mulia.
Pernikahan dalam masyarakat merupakan salah satu daur hidup yang sangat penting dalam pelaksanaannya. Rangkaian upacara pernikahan tidak terlepas dari adat-istiadat yang berlaku dan masih dipegang teguh oleh masyarakat. Pernikahan itu sendiri sebagai bagian dari daur hidup mempunyai fungsi diantaranya fungsi religious dan social. Serta mengandung nilai-nilai kegotongroyonggan dan musyawarah. Sebelum dilakukan pernikahan dalam tradisi lamongan dilakukanlah terlebih dahulu prosesi lamaran.

Lamaran merupakan suatu tradisi yang sangat umum dan sampai saat ini masih di lakukan oleh masyarakat di desa maupun di kota–kota. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dulu dan masih dilestarikan sampai sekarang. Lamaran itu sendiri merupakan pertemuan dua keluarga laki-laki dan perempuan yang melakukan musyawarah untuk meminta kesediaan orang laki-laki untuk menjadi suami anak perempuannya apabila telah diputuskan lamaran itu diterima maka akan berlanjut ke  proses yang selanjutnya.
Prosesi lamaran dilakukan sebelum orang laki-laki dan orang perempuan menikah. Prosesi lamaran terdapat tata cara dan tahapan yang harus dilalui oleh calon pengantin dan pihak-pihak yang terlibat didalamnya sehingga mendapat pengabsahan di masyarakat.
Berikut ini adalah tahapan-tahapan lamaran:
ª      Lamaran tahap pertama
Keluarga perempuan datang ke rumah calon besan (keluarga laki-laki) dengan membawa gula kopi. Gula kopi mempunyai makna penyatuan dua keluarga yang berbeda menjadi satu.
ª      Lamaran tahap kedua
Lamaran tahap kedua bisa terlaksana jika lamaran dari keluarga perempuan diterima oleh keluarga laki-laki. Lamaran tahap kedua ini keluarga perempuan datang kembali ke rumah keluarga laki-laki dengan membawa beras dan jajanan khas yang terbuat dari ketan diantaranya ketan salak, gemblong, wingko. ketan salak terbuat dari ketan dan gula kelapa dengan tekstur yang lengket dan rasa yang legit. Gemblong terbuat dari ketan dengan tekstur sangat lengket dan rasanya gurih. Adapun wingko terbuat dari beras dan kelapa rasanya manis, ukuran satu wingko selebar piring makan atau bahkan lebih. Makanan-makanan ini mempunyai arti sebagaimana sifat dari ketan yang banyak glutennya sehingga lengket dan diharapkan kelak kedua pengantin dan antar besan tetap lengket.
ª      Lamaran tahap ketiga
Lamaran tahap ketiga ini sering disebut dengan tojo’an. Tojo’an ini bisa dilakukan sebelum dan bisa juga dilakukan sesudah menikah. Tapi terdapat perbedaan dari keduanya, apabila tojo’an dilakukan sebelum menikah keluarga perempuan mendatangi calon besan dengan membawa bahan-bahan mentah seperti; beras, beras ketan, kelapa, dan lain sebagainya. Tonjo’an dilakukan setelah menikah pengantin yang baru menikah mendatangi saudara-saudara dan keluarga dekat pengantin laki-laki dengan membawa bahan-bahan matang seperti; buah, nasi, ikan, mie matang, dan sambel jenggereng (serundeng), tapi bawaan tersebut berasal dari keluarga pengantin perempuan.
Setelah prosesi lamaran selesai dilaksanakan, maka selanjutnya adalah prosesi akad nikah. Daerah Lamongan akad nikah seringkali dilakukan di rumah perempuan dan resepsi juga diadakan di rumah pihak perempuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar