Slovakia Country: Daging Sapi Impor Tak Diminati Pedagang Kramat Jati

Rabu, 17 Juli 2013

Daging Sapi Impor Tak Diminati Pedagang Kramat Jati

Didik (kiri foto) seorang pedagang daging sapi di Pasar Kramatjati, Jakarta Timur. Pedagang daging sapi di sana kurang meminati daging sapi impor yang ditawarkan. | Kompas.com/Robertus BelarminusJAKARTA, KOMPAS.com - Pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, tak berminat menjual daging sapi yang diimpor Badan Usaha Logistik (Bulog) dari Australia dan Selandia Baru karena banyak gajihnya. Meski begitu, mereka tak menutup kemungkinan menjual daging sapi impor.

Seorang pedagang daging, Didik (40), menjelaskan, dari sepuluh kilogram daging sapi impor, gajihnya sebanyak tiga kilogram. Sementara pada 10 kilogram daging sapi lokal, gajihnya sebanyak 0,5-1 kilogram. Mengenai harga, satu kilogram daging sapi impor dijual ke pedagang dengan harga sekitar Rp 70.000.

Pedagang akan mempertimbangkan mengambil daging impor hanya jika daging sapi lokal langka. Jika harga beli daging impor sekitar Rp 70.000, mereka akan menjual daging impor dengan harga Rp 95.000-Rp 98.000.

"Dari 10 kilo ada berapa persen daging kotornya (gajih). Berapa kali lipat itu. Itu yang bikin rugi. Dari 10 kilo bisa 3 kilo yang kotor. Bisa rugi. Kalau impor lebih banyak (gajihnya), lebih tebel," kata Didik, Rabu (17/7/2013).

"Belum berani (ambil), ini pasaran lagi sepi (konsumen). Kalau rame (konsumen), kita kekurangan stok, kita berani (ambil daging impor). Tapi ini lokal saja belum habis ini," ujar Didik.

Bulog membawa daging impor sebanyak 500 kg ke Pasar Kramat Jati pada Rabu (17/7/2013) sekitar pukul 11.00 WIB. Hingga pukul 14.00 WIB, mereka hanya ada satu pedagang yang membeli. Pedagang itu membeli sekitar 50 kg.

"Pedagang mengatakan masyarakat lebih suka daging yang masih segar, baru dipotong. Sedangkan daging impor itu merupakan daging yang sudah dibekukan. Sementara itu, kendala lain stok di dalam Pasar Kramatjati juga menurutnya masih banyak," ujar petugas operasi pasar dari Bulog, Musastin Said.

"Daging lokal segar di Kramatjati masih banyak. Kemudian pedagang juga hanya mau membeli dengan merek tertentu yang mereka kenal. Mereka ragu terhadap merek yang belum mereka kenal," lanjutnya.

Untuk daging impor, Bulog membawakan daging kelas A, B, dan C. "Kata pedagang yang bagus B, saya kurang tahu juga sih bedanya apa," tukas Musastin.


Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar